February 27, 2014

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG


SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG

Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat baru kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dan dilahirkan. Keindonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam, atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami. Kami tidak akan memberikan suatu kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai mengkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang dilontarkan dari segala sudut dunia dan yang kemudian dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya ukuran nilai. Revolusi bagi kami adalah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan. Demikianlah kami berpendapat bahwa revolusi dan tanah air kami belum selesai. Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok ditemui itu adalah manusia. Dalam cara mencari, membahas dan menelaah kami membawa sifat sendiri. Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan seniman.
Jakarta, 18 Pebruari 1950




(Siasat, 23 Oktober 1950)

Para Seniman Gelanggang Merdeka :
Mochtar Apin, Baharudin MS, Henk Ngantung, Asrul Sani, sedang mendiskusikan Lukisan Chairil Anwar.
(Foto Charles Breijer, Nederlands Fotomuseum)

KATA-KATA SOE HOK GIE

  1.  Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah  seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
  2. Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
  3. Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
  4. Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
  5. Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
  6.  Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
  7. Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
  8. Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
  9.  Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
  10. Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
  11. Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
  12. Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
  13.  Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
  14. To be a human is to be destroyed.
  15. Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
  16. Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
  17. I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
  18. Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
  19. Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
  20. Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
  21. Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

February 25, 2014

RINTIH DALAM RINTIK



by : Siti Wulandari

Ada rintih dalam setiap rintik
ada pedih dalam setiap gemericik
rintikmu riuh
yang kadang bergemuruh
membawa masa lalu
yang begitu bertalu-talu 

15/02/2014

MENCARI KEABADIAN

by : Aris Suhaedi

Melanglang terbuang
menembus kebebasan melihat ilalang


Mengepak sayap-sayap biru
meninjau lewat perilaku


Menajam retina
menatap,  memandang, luas semesta


dan teruntai
bulu-bulu berjatuhan


lelah mencari suluk


Menggapai satu keabadian
menemu dalam hiruk semesta

February 20, 2014

PUISI-PUISI DARI SEPANJANG JALAN SETAPAK

LABIRIN
by : Aris Suhaedi Putra

Malam ini pilarku tidak lagi bersama bintang
Apalah cahaya tanpa penerangnya

27/01/2014


HARAPAN
by : Sarif Abdullah

Mimpi yang menggugurkan sayapku
berjalan dengan api yang tumbuh

Bintang yang berjalan pelahan
menggenggam jejak jalanku

27/01/2014


HUJAN
by : Syifa NF

Kemanakah pergi
                 mencari matahari
                      ketika hujan turun
                          pepohonan kehilangan daun

Kemanakah lari
                 mencari kehidupan
                      ketika tubuh kuyup
                          dan pintu tertutup

Kemanakah lari
                 mencari api
                      ketika bara hati
                           padam tak berarti

Kemanakah pergi
                mencari cinta sejati
                      yang kini hanya
                            dapat kunanti.

PESAN IBU
by : Syifa NF

Wahai ananda dengarlah pesan
pakai olehmu sifat anak jantan
bertanggung jawab dalam perbuatan
beban dipikul pantang dielakkan

Wahai ananda intan pilihan
Sifat sifat tanggung jawab engkau amalkan
berani mengencang terpotong tangan
berani berhutang, melunas beban

Wahai ananda permata nikmat
tanggung jawabmu hendaklah ingat
berani menanggung sebab akibat
berani berbuat tangan dikebat

Wahai ananda intan, terserahlah
bertanggung jawab dalam bertingkah
berani menanggung sakit dan susah
berani mati mempertahankan lidah

02/01/2014







February 12, 2014

CARPE DIEM

Gairah yang terampas
Cahaya yang terhalang
Akan kita dapati lagi
dan tak akan terbiar

          Di hari-hari kelam
          Bagaikan malam tanpa bintang
          Kembali kita bangunkan puisi
          dengan cinta dan hati

Wahai kawan satu lingkaran
Wahai kawan Teater Tempa
Ingatlah selalu pesan jiwa
Raihlah, ini harimu!

(Sebuah Hymne)

13-02-2014